Kamis, 15 April 2010

Ketahanan Nasional dan Peran Generasi Muda

I. Peran Pemuda dan Urgensi Keberadaan Pemuda
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional .
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai ‘generasi yang berlalu’ (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.
Sebaliknya generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang dipicu oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan yang mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan muncul sebagai ‘penyelamat krisis’ bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen bangsa adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum berakhir. Pemuda yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.

II. Ketahanan Nasional dan Perlunya Pemuda Tampil
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut doktrin Hankamnas (catur dharma eka karma) adalah [1] ancaman di dalam negeri, misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia. [2] ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri.
Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, masyarakat, generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di masing-masing bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan produktif dalam berkarya, memiliki posisi yang penting. Dalam konstruksi pemuda, posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai obyek dan pada tingkat tertentu berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang berposisi sebagai obyek pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma, sehingga posisi mereka sebagai obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan kesadaran berkarya.
Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri, yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi.

III. Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa, sebagaimana yang dimaksudkan Socrates sebagai discovery of the soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.
Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor.
Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.

IV. Strategi Pemuda dalam Memperkuat Ketahanan Nasional
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah :
1. pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2. pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini mungkin dari perumusan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta masyarakat.
3. menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan pada tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.
Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam lingkungannya.
Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi. Pemuda, dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian. Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing. Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.

PROSPEK PENGEMBANGAN PTTA UNTUK MENDUKUNG PERTAHANAN NASIONAL

Sistem pertahanan Nasional dapat berjalan secara optimal jika didukung oleh kemampuan nasional dan kemampuan TNI yang diantaranya berupa kemampuan melaksanakan kegiatan intelejen, Penginderaan Jarak Jauh (INDERAJA) peningkatan dini untuk mewujudkan tersedianya informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) dapat dijadikan salah satu alternatif peralatan tambahan alut sista TNI untuk mendapatkan informasi yang handal. Prospek pengembangan PTTA ini didasarkan kepada kepentingan saat kini dari spektrum kebutuhan yang akan datang serta perkembangannya, meliputi kelebihan dan kekurang-an yang ada saat ini serta ancaman dan tantangan yang akan datang.

Perkembangan PTTA.

Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) merupakan pesawat terbang bermesin yang dapat dikendalikan oleh stasiun pengendali, dan dapat pula diprogram sebelum terbang yang dalam hal ini PTTA adala Unnamed aerial Vahicle (UAV), sedangkan PTTA yang hanya dapat dikendalikan umumnya disebut remotely piloted Vihicle (RPV). PTTA sudah membuktikan penggunaan dan pemanfaatan kemampuannya dalam memperkuat sistem pertahanan dan keamanan negara. Insvestor utama di bidang ini adalah Israel yang telah menggunakan PTTA dalam perang Yom Kippur tahun 1973. Beberapa contoh negara yang telah memanfaatkan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) yaitu:

Israel dalam perang tahun 1982 di Libanon.

Electionic intelligence. Untuk menyadap frekuensi elektronik dari Radar SAM Syria di lembah Beka. Frekuensi tersebut kemudian digunakan untuk diprogramkan ke dalam sensor yang dimiliki oleh anti-radition missile.

Deception Platform. Memancarkan sinyal palsu untuk memancing radar SAM secara aktif dengan pergerakan mereka.

Target Acquisition. Memberikan real time image kepada satuan artileri sehingga meningkatkan keakurasian tembakan Artileri.

Survei Lance. Secara aktif melakukan pengawasan di daerah musuh terutama di pangkalan-pangkalan udara utama.

Samming Platform. Mengacaukan hubungan komunikasi antara pesawat tempur dengan Ground Control Intercept (GCI).

US Navy (Pionner SR UAV) dalam Perang Teluk II 1991.

Surveillance. Mengawasi pergerakan dan disposisi pasukan Irak disekitar Kuwait.

Target Acquisition. Pioneer digunakan mencari sasaran bagi meriam dan peluru kendali milik AL yang secara langsung meningkatkan keakurasian tembakan.

Bettlefield Damage Assestment. Mengirim informsasi kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan.

Psychological Warfare Platform. Secara tidak langsung akibat fungsi target acquisition, beberapa unit pasukan Irak “menyimpulkan” setiap mendengar suara mesin dan melihat PTTA pioneer, sudah hampir pasti mereka akan menjadi sasaran tembak.



US Air Force (Prodactor MR UAV) dalam oprasi Allied Force 1999.

Surveillance. Mengawasi pergerakan dan disposisi pasukan Serbia di sekitar Yugoslavia maupun Kosovo serta mengawasi apakah Yugoslavia patuh pada Rambonillet Agreement.

Target Acquisition. Predator digunakan mencari sasaran bagi guided bomb dan peluru kendali serta mencegah terja-dinya sasaran sipil.

Battlefield Damage Assertment. Mengirim informasi kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan.

Us Army (Hunter SR UAV) dalam operasi disektirar Kosovo tahun 1999.

Imagery intelligence. Mengindentifikasi sasaran milik Angkatan Bersenjata Yugaslavia yang termasuk ke dalam High Payoff Target List (HPTL) seperti tank, APC, Arhanud.

Aerial Scouting. Sebagai pe-rintis udara (mencari daerah yang aman dilewati) bagi helikopter AH-64 Apache. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PTTA dapat melakukan tugas electronic intelligence, detection platform, target acquisition, recognization and designation, airborne janmer, battle damage assestment sampai kepada psychological warfare platform.

KEMAPUAN PTTA GLOBAL HAWK.

Global Hawk adalah suatu UAV (Unaranned Aerial Vichicle) ge-nerasi baru paling besar dan paling mampu yang dikembangkan di Amerika Serikat. Dalam bulan April 2001, Global Hawk akan digelarkan di Australia sebagai bagian dari suatu proyek kerjasama antara Amerika Serikat dan Australia untuk menilai dan mengembangkan lebih lanjut Global Hawk sebagai suatu sistem pengamatan udara.

Pengintaian Versus Pengamatan.

Pengintaian adalah pengumpulan informasi melalui suatu misi khusus, biasanya dilakukan selama jangka waktu terbatas dan diarahkan terhadap selama sasaran tertentu. Pengamatan adalah observasi yang sistematis atas daerah-daerah, orang-orang, atau benda-benda oleh sensor apa saja yang ada. Sistem Global Hawk semula distel (dirancang) untuk pengintaian. Asutralia sedang berusaha untuk memperbaiki daya tangkap sistem itu dan meningkatkan kemampuan Global Hwak untuk melakukan misi-misi pengamatan juga pengintaian.



Ka Balitbang Dephan (berpakaian safari) meninjau uji coba PTTA SS-5.

Spesifikasi Wahana Udara.

Rentap Sayap 35,4 m
Panjang 13,5 m
Tinggi 4,6 m
Bobot Seluruhnya 11,610 kg
Bobot Muatan 907 kg
Lama Terbang Max 36 kg
Kecepatan Terbang (loiter) 350 kg.
Ketinggian Max 65.000 kaki
Sudut belakang 20 derajat (belokan 7 mil laut)


Spesifikasi Sensor

Frekwensi: X Band
Lebar Band: 600 MHzDaya (listrik) Tertinggi 3,5 Kw
Bidang (sudut) Antena 45 derajat plus atau minus kinerja
Spot Made 1.900 citra perhari, 200 km (jarak), 45 derajat plus atau minus (kedepan)
Search Mode 138,00 km persegi per hari, 200 km (jarak)
GMTI Mode 15.000 km persegi per 1 menit, 4 kt kecepatan minimal yang dapat diketahui.
ROBOTIC

Ilmuwan Amerika Serikat telah mengembangkan serangga Robot yang sangat kecil dan dengan bentuk hampir sama dengan se-rangga capung yang hanya terbang dengan mengepak-ngepak kedua sayapnya. Serangan robot ini nantinya di masa depan akan dipergunakan oleh Amerika Serikat untuk memata-matai pihak musuh dipermukaan bumi baik laut maupun darat. Untuk itu dimasa depan, robotic ini akan dilengkapi dengan kamera kecil yang bisa dipergunakan untuk memantau keadaan lawan dengan cara lain-lain.

KEMAPUAN NASIONAL DAN TNI

Untuk mendukung tercapainya kepentingan pertahanan nasional maka diperlukan kemampuan nasional dan kemampuan TNI yang antara lain yaitu :

1. Kempuan nasional.

Kemampuan untuk melaksanakan kegiatan intelejen dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan ke-amanan.

Kemampuan untuk melaksanakan upaya pertahanan di darat, laut dan udara.

Kemampuan untuk membina dan mengerahkan seluruh potensi dan kekuatan sumber daya nasional.

2. Kemampuan TNI.

Kemampuan Intelijen Strategis

Kemampuan pertahanan

Kemampuan dukungan

TNI merupakan bagian Integral dari kemampuan nasional yang diarahkan dan dibangun secara terpadu menjadi kekuatan yang sinergis serta handal yang mampu menjamin dan mewujudkan kepentingan pertahanan nasional. Untuk itu diperlukan kemampuan nasional dan kemampuan TNI antara lain pemgumpulan informasi yang benar, lengkap, akurat dan mutakhir serta tepat waktu guna dijadikan pertimbangan dalam perancangan dan pelaksanan pola operasi pertahanan. Dari beberapa cara dan sarana pengumpul informasi tersebut, Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) merupakan salah satu sarana yang mempunyai tingkat resiko kehilangan/kerugian personil yang paling kecil. Untuk itu perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut kemampuan teknis suatu analisis pemanfaatannya sehingga dapat memberikan peran yang lebih besar kepada PTTA di dalam suatu operasi pertahanan.

KESIMPULAN

Pengembangan PTTA untuk mendukung pertahanan nasional didasarkan pada PTTA yang dikembangkan ITB dapat dikerjakan dengan strategi yang disesuaikan dengan misi operasi pertahanan. Pesyaratan teknis dan persyaratan operasional PTTA harus dikembangkan secara rasional sehingga persyaratannya mendukung pengembangan PTTA secara optimal.