Kamis, 15 April 2010

PROSPEK PENGEMBANGAN PTTA UNTUK MENDUKUNG PERTAHANAN NASIONAL

Sistem pertahanan Nasional dapat berjalan secara optimal jika didukung oleh kemampuan nasional dan kemampuan TNI yang diantaranya berupa kemampuan melaksanakan kegiatan intelejen, Penginderaan Jarak Jauh (INDERAJA) peningkatan dini untuk mewujudkan tersedianya informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) dapat dijadikan salah satu alternatif peralatan tambahan alut sista TNI untuk mendapatkan informasi yang handal. Prospek pengembangan PTTA ini didasarkan kepada kepentingan saat kini dari spektrum kebutuhan yang akan datang serta perkembangannya, meliputi kelebihan dan kekurang-an yang ada saat ini serta ancaman dan tantangan yang akan datang.

Perkembangan PTTA.

Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) merupakan pesawat terbang bermesin yang dapat dikendalikan oleh stasiun pengendali, dan dapat pula diprogram sebelum terbang yang dalam hal ini PTTA adala Unnamed aerial Vahicle (UAV), sedangkan PTTA yang hanya dapat dikendalikan umumnya disebut remotely piloted Vihicle (RPV). PTTA sudah membuktikan penggunaan dan pemanfaatan kemampuannya dalam memperkuat sistem pertahanan dan keamanan negara. Insvestor utama di bidang ini adalah Israel yang telah menggunakan PTTA dalam perang Yom Kippur tahun 1973. Beberapa contoh negara yang telah memanfaatkan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) yaitu:

Israel dalam perang tahun 1982 di Libanon.

Electionic intelligence. Untuk menyadap frekuensi elektronik dari Radar SAM Syria di lembah Beka. Frekuensi tersebut kemudian digunakan untuk diprogramkan ke dalam sensor yang dimiliki oleh anti-radition missile.

Deception Platform. Memancarkan sinyal palsu untuk memancing radar SAM secara aktif dengan pergerakan mereka.

Target Acquisition. Memberikan real time image kepada satuan artileri sehingga meningkatkan keakurasian tembakan Artileri.

Survei Lance. Secara aktif melakukan pengawasan di daerah musuh terutama di pangkalan-pangkalan udara utama.

Samming Platform. Mengacaukan hubungan komunikasi antara pesawat tempur dengan Ground Control Intercept (GCI).

US Navy (Pionner SR UAV) dalam Perang Teluk II 1991.

Surveillance. Mengawasi pergerakan dan disposisi pasukan Irak disekitar Kuwait.

Target Acquisition. Pioneer digunakan mencari sasaran bagi meriam dan peluru kendali milik AL yang secara langsung meningkatkan keakurasian tembakan.

Bettlefield Damage Assestment. Mengirim informsasi kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan.

Psychological Warfare Platform. Secara tidak langsung akibat fungsi target acquisition, beberapa unit pasukan Irak “menyimpulkan” setiap mendengar suara mesin dan melihat PTTA pioneer, sudah hampir pasti mereka akan menjadi sasaran tembak.



US Air Force (Prodactor MR UAV) dalam oprasi Allied Force 1999.

Surveillance. Mengawasi pergerakan dan disposisi pasukan Serbia di sekitar Yugoslavia maupun Kosovo serta mengawasi apakah Yugoslavia patuh pada Rambonillet Agreement.

Target Acquisition. Predator digunakan mencari sasaran bagi guided bomb dan peluru kendali serta mencegah terja-dinya sasaran sipil.

Battlefield Damage Assertment. Mengirim informasi kerusakan yang dihasilkan oleh suatu serangan.

Us Army (Hunter SR UAV) dalam operasi disektirar Kosovo tahun 1999.

Imagery intelligence. Mengindentifikasi sasaran milik Angkatan Bersenjata Yugaslavia yang termasuk ke dalam High Payoff Target List (HPTL) seperti tank, APC, Arhanud.

Aerial Scouting. Sebagai pe-rintis udara (mencari daerah yang aman dilewati) bagi helikopter AH-64 Apache. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PTTA dapat melakukan tugas electronic intelligence, detection platform, target acquisition, recognization and designation, airborne janmer, battle damage assestment sampai kepada psychological warfare platform.

KEMAPUAN PTTA GLOBAL HAWK.

Global Hawk adalah suatu UAV (Unaranned Aerial Vichicle) ge-nerasi baru paling besar dan paling mampu yang dikembangkan di Amerika Serikat. Dalam bulan April 2001, Global Hawk akan digelarkan di Australia sebagai bagian dari suatu proyek kerjasama antara Amerika Serikat dan Australia untuk menilai dan mengembangkan lebih lanjut Global Hawk sebagai suatu sistem pengamatan udara.

Pengintaian Versus Pengamatan.

Pengintaian adalah pengumpulan informasi melalui suatu misi khusus, biasanya dilakukan selama jangka waktu terbatas dan diarahkan terhadap selama sasaran tertentu. Pengamatan adalah observasi yang sistematis atas daerah-daerah, orang-orang, atau benda-benda oleh sensor apa saja yang ada. Sistem Global Hawk semula distel (dirancang) untuk pengintaian. Asutralia sedang berusaha untuk memperbaiki daya tangkap sistem itu dan meningkatkan kemampuan Global Hwak untuk melakukan misi-misi pengamatan juga pengintaian.



Ka Balitbang Dephan (berpakaian safari) meninjau uji coba PTTA SS-5.

Spesifikasi Wahana Udara.

Rentap Sayap 35,4 m
Panjang 13,5 m
Tinggi 4,6 m
Bobot Seluruhnya 11,610 kg
Bobot Muatan 907 kg
Lama Terbang Max 36 kg
Kecepatan Terbang (loiter) 350 kg.
Ketinggian Max 65.000 kaki
Sudut belakang 20 derajat (belokan 7 mil laut)


Spesifikasi Sensor

Frekwensi: X Band
Lebar Band: 600 MHzDaya (listrik) Tertinggi 3,5 Kw
Bidang (sudut) Antena 45 derajat plus atau minus kinerja
Spot Made 1.900 citra perhari, 200 km (jarak), 45 derajat plus atau minus (kedepan)
Search Mode 138,00 km persegi per hari, 200 km (jarak)
GMTI Mode 15.000 km persegi per 1 menit, 4 kt kecepatan minimal yang dapat diketahui.
ROBOTIC

Ilmuwan Amerika Serikat telah mengembangkan serangga Robot yang sangat kecil dan dengan bentuk hampir sama dengan se-rangga capung yang hanya terbang dengan mengepak-ngepak kedua sayapnya. Serangan robot ini nantinya di masa depan akan dipergunakan oleh Amerika Serikat untuk memata-matai pihak musuh dipermukaan bumi baik laut maupun darat. Untuk itu dimasa depan, robotic ini akan dilengkapi dengan kamera kecil yang bisa dipergunakan untuk memantau keadaan lawan dengan cara lain-lain.

KEMAPUAN NASIONAL DAN TNI

Untuk mendukung tercapainya kepentingan pertahanan nasional maka diperlukan kemampuan nasional dan kemampuan TNI yang antara lain yaitu :

1. Kempuan nasional.

Kemampuan untuk melaksanakan kegiatan intelejen dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan ke-amanan.

Kemampuan untuk melaksanakan upaya pertahanan di darat, laut dan udara.

Kemampuan untuk membina dan mengerahkan seluruh potensi dan kekuatan sumber daya nasional.

2. Kemampuan TNI.

Kemampuan Intelijen Strategis

Kemampuan pertahanan

Kemampuan dukungan

TNI merupakan bagian Integral dari kemampuan nasional yang diarahkan dan dibangun secara terpadu menjadi kekuatan yang sinergis serta handal yang mampu menjamin dan mewujudkan kepentingan pertahanan nasional. Untuk itu diperlukan kemampuan nasional dan kemampuan TNI antara lain pemgumpulan informasi yang benar, lengkap, akurat dan mutakhir serta tepat waktu guna dijadikan pertimbangan dalam perancangan dan pelaksanan pola operasi pertahanan. Dari beberapa cara dan sarana pengumpul informasi tersebut, Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) merupakan salah satu sarana yang mempunyai tingkat resiko kehilangan/kerugian personil yang paling kecil. Untuk itu perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut kemampuan teknis suatu analisis pemanfaatannya sehingga dapat memberikan peran yang lebih besar kepada PTTA di dalam suatu operasi pertahanan.

KESIMPULAN

Pengembangan PTTA untuk mendukung pertahanan nasional didasarkan pada PTTA yang dikembangkan ITB dapat dikerjakan dengan strategi yang disesuaikan dengan misi operasi pertahanan. Pesyaratan teknis dan persyaratan operasional PTTA harus dikembangkan secara rasional sehingga persyaratannya mendukung pengembangan PTTA secara optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar